KONSEP PEMBANGUNAN
Oleh:
YAYAT
DIMYATI
BPD
GEGEMPALAN
Pengertian Pembangunan
Terdapat
banyak aspek dan masalah yang diketahui termasuk ke dalam pembangunan, sehingga
pembangunan tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang. Hal ini menyebabkan
kesulitan dalam mendefinisikan pembangunan, terutama bukan karena orang tidak
faham yang dimaksud dengan pembangunan itu, tapi justru karena ruang lingkup
pembangunan tersebut begitu banyak, sehingga hampir tidak mungkin untuk
menyatukan semuanya menjadi suatu bentuk rumusan sederhana sebagai suatu
definisi yang komplit: “Inilah dia pembangunan itu.”
Menurut
Soetomo (2008), pembangunan sebagai proses perubahan dapat dipahami dan
dijelaskan dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam hal
sumber atau faktor yang mendorong perubahan tadi, misalnya yang ditempatkan
dalam posisi lebih dominan, sumber perubahan internal atau eksternal. Disamping
itu, sebagai proses perubahan juga dapat dilihat dari intensitas atau
fundamental tidaknya perubahan yang diharapkan, melalui transformasi struktural
ataukah tidak. Sebagai proses mobilisasi sumberdaya juga dapat dilihat
pandangan dan penjelasan yang berbeda, misalnya pihak yang diberi
kewenangan dalam pengelolaannya diantara tiga stakeholders pembangunan,
yaitu negara, masyarakat, dan swasta. Perbedaan pandangan juga menyangkut level
pengelolaan sumber daya tersebut, tingkat lokal, regional, atau nasional.
Perspektif yang berbeda juga dapat menyebabkan pemberian perhatian yang berbeda
terhadap sumber daya yang ada. Perspektif tertentu lebih memberikan perhatian
pada sumber daya alam dan sumber daya manusia, sedangkan perspektif yang lain
disamping kedua jenis sumber daya tersebut juga mencoba menggali, mengembangkan
dan mendayagunakan sumber daya sosial yang sering disebut juga dengan
modal sosial atau energi sosial. Bahkan dalam masing-masing perspektif
yang bersikap terhadap sumber daya manusia juga dapat dijumpai pandangan dan
perlakuan yang berbeda. Disatu pihak dijumpai perspektif yang melihatnya
sebagai sekedar objek yang sama dengan sumber daya alam yang dapat digerakkan
dan dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pembangunan, dan dilain pihak melihatnya
sebagai aktor atau pelaku dari proses pembangunan itu sendiri.
Pengertian
pembangunan harus dilihat secara dinamis, bukan dilihat sebagai konsep statis
yang selama ini sering kita anggap sebagai suatu kesalahan yang wajar.
Pembangunan pada dasarnya adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa
akhir. ”Development is not a static concept. It is continuously changing“,
artinya juga bisa dikatakan bahwa pembangunan itu sebagai “never ending goal”.
Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya.
Pembangunan supaya menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan
sendiri (self sustaining proces) tergantung kepada manusia dan struktur
sosialnya. Jadi bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai usaha pemerintah belaka.
Pembangunan tergantung dari suatu “innerwill”, dan proses emansipasi
diri, dan suatu partisipasi kreatif dalam proses pembangunan hanya menjadi
mungkin karena proses pendewasaan (Tjokroamidjoja dan Mustapadijaja dalam
Nawawi, 2009).
Banyak pakar memberikan definisi tentang pembangunan. Dalam tulisan-tulisan
mengenai pembangunan tersebut, pengertian-pengertian seperti modernisasi,
perubahan sosial, industrialisasi, westernasi, pertumbuhan (growth), dan
evolusi sosio-kultural biasanya selalu dikaitkan dalam menyusun suatu definisi
pembangunan. Namun demikian, menurut para ahli, istilah tersebut di atas terasa
kurang sesuai dengan yang sesungguhnya dimaksud dengan pembangunan. Frey dalam
Zulkarimen Nasution (2004) menyebutkan bahwa pengertian pertumbuhan (growth)
terasa terlalu luas, sedangkan industrialisasi terlalu sempit. Begitu pun
dengan istilah westernisasi yang terasa bersifat parokial (sempit
wawasannya).
Menurut
Rogers dalam Zulkarimen Nasution (2004), pembangunan diartikan sebagai proses
yang terjadi pada level atau tingkatan sistem sosial, sedangkan modernisasi
menunjuk pada proses yang terjadi pada level individu. Yang paling sering,
kalaupun kedua pengertian istilah tersebut dibedakan, maka pembangunan
dimaksudkan yang terjadi pada bidang ekonomi, atau lebih mencakup seluruh
proses analog dan seiring dengan itu, dalam masyarakat secara keseluruhan.
Sebagai
suatu istilah teknis, pembangunan berarti membangkitkan masyarakat di
negara-negara sedang berkembang dari keadaan kemiskinan, tingkat melek huruf (literacy
rate) yang rendah, pengangguran, dan ketidakadilan sosial (Seers dalam
Zulkarimen Nasution, 2004 Menurut Seers dalam Zulkarimen Nasution (2004).
Menurut
Sondang P. Siagian (2008), pembangunan didefinisikan sebagai rangkaian usaha
mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh
oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building).
Karakteristik Pembangunan
Berdasarkan
beragamnya pengertian pembangunan di atas, maka karakteristik pembangunan dapat
dilihat dari perkembangan paradigma pembangunan yang berlangsung dari waktu ke
waktu. Berikut ini merupakan paradigma yang aktivitas pembangunannya didasarkan
pada tiga karakterstik, yaitu integral, universal, dan partisipasi total
(patriotproklamasi.blogspot.com).
Karakteristik
pembangunan integral mengandung arti bahwa program pembangunan disatu sektor
tidak bisa dipisahkan dengan pembangunan disektor lain. Pembangunan ekonomi
misalnya, tidak terlepas dari pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas,
pembangunan politik yang adil dan jujur serta bersih dari penyimpangan,
pembangunan hukum yang berkeadilan, pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang bertumpu pada kekuatan sendiri, serta pembangunan sosial budaya yang
berakhlak. Dalam Paradigma ini, karakteristik pembangunan yang bersifat
integral akan meniadakan ketimpangan pembangunan antara ekonomi fisik yang
dominan (mercusuaris) dengan pembangunan sumber daya manusia, ilmu
pengetahun dan teknologi, kemandirian, serta sosial budaya.
Karakteristik
pembangunan universal memberikan pengertian bahwa aset-aset pembangunan
haruslah dipergunakan untuk kepentingan lintas generasi, lintas teritorial, dan
bahkan lintas kehidupan (dunia akhirat). Lintas generasi berarti harus
berkelanjutan (sustainable), jangan sampai pembangunan sekarang
menyebabkan terpuruknya generasi-generasi yang akan datang. Mungkin pembangunan
telah mengabaikan hal ini, pembangunan-pembangunan fisik yang gegap gempita di
masa lalu membuat generasi sekarang menderita lantaran pembiayaannya melalui
utang. Lintas teritorial maksudnya adalah bahwa pembangunan disuatu tempat
tidak menyebabkan tempat lain terlantar atau bahkan terkena dampak negatifnya.
Dalam paradigma ini, terdapat pula visi pemerataan pembangunan dan pembangunan
yang ramah lingkungan. Sedangkan lintas kehidupan bermakna menginspirasikan
pelaku-pelaku pembangunan supaya berbuat sambil membangun pula akhirat yang
lebih baik, aktivitas dalam hal ini merupakan ekspresi relijius.
Karakteristik
pembangunan partisipasi total adalah bahwa pembangunan harus dilakukan oleh
seluruh aktor pembangunan sesuai perannya. Untuk itu, diperlukan pemberdayaan
masyarakat agar mereka setara sebagai mitra pemerintah dalam merumuskan
kepentingan bersama. Kesetaraan ini tidak hanya dari segi kedudukannya tetapi
juga kualitasnya, sehingga diperlukan pendidikan politik.
Ciri-ciri Pembangunan
Pada
dasarnya, ciri-ciri pembangunan itu dapat dilihat dari pengertian pembangunan
itu sendiri. Ciri-ciri pembangunan yang dikemukakan disini adalah berdasarkan
tujuh ide pokok yang muncul dari definisi pembangunan yang diberikan oleh
Sondang P. Siagian (2008), yaitu:
<![if !supportLists]>1.
<![endif]>Pembangunan merupakan suatu proses.
Berarti pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang berlangsung secara
berkelanjutan dan terdiri dari tahap-tahap yang disatu pihak independen akan
tetapi dipihak lain merupakan “bagian” dari sesuatu yang bersifat tanpa akhir (never
ending). Banyak cara yang dapat digunakan untuk menentukan pentahapan
tersebut, seperti berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil tertentu yang
diharapkan akan diperoleh.
<![if !supportLists]>2.
<![endif]>Pembangunan merupakan upaya yang
secara sadar ditetapkan sebagai sesuatu untuk dilaksanakan. Dengan perkataan
lain, jika dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara terdapat
kegiatan yang kelihatannya seperti pembangunan, akan tetapi tidak ditetapkan
secara sadar dan hanya terjadi secara sporadis atau insidental, maka kegiatan
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembangunan.
<![if !supportLists]>3.
<![endif]>Pembangunan dilakukan secara
terencana, baik dalam arti jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek.
Seperti dimaklumi, merencanakan berarti mengambil keputusan sekarang tentang
hal-hal yang akan dilakukan pada jangka waktu tertentu di masa depan.
<![if !supportLists]>4.
<![endif]>Rencana pembangunan mengandung makna
pertumbuhan dan perubahan. Pertumbuhan dimaksudkan sebagai peningkatan
kemampuan suatu negara bangsa untuk berkembang dan tidak sekedar mampu
mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan, dan eksistensinya. Perubahan mengandung
makna bahwa suatu negara bangsa harus bersikap antisipatif dan proaktif dalam
menghadapi tuntutan situasi yang berbeda dari jangka waktu tertentu ke jangka
waktu yang lain, terlepas apakah situasi yang berbeda itu dapat diprediksikan
sebelumnya atau tidak. Dengan perkatan lain, suatu negara bangsa yang sedang
membangun tidak akan puas jika hanya mampu mempertahankan status quo
yang ada.
<![if !supportLists]>5.
<![endif]>Pembangunan mengarah pada
moderntias. Modernitas di sini diartikan antara lain sebagai cara hidup yang
baru dan lebih baik daripada sebelumnya, cara berpikir yang rasional dan sistem
budaya yang kuat tetapi fleksibel.
<![if !supportLists]>6.
<![endif]>Modernitas yang ingin dicapai
melalui berbagai kegiatan pembangunan perdefinisi bersifat multidimensional,
artinya modernitas tersebut mencakup seluruh segi kehidupan berbangsa dan
bernegara yang meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahan
dan keamanan.
<![if !supportLists]>7.
<![endif]>Semua hal yang telah disinggung di
atas ditujukan kepada usaha pembinaan bangsa, sehingga negara bangsa yang bersangkutan
semakin kokoh fondasinya dan semakin mantap keberadaannya.
Tujuan Pembangunan
Tujuan
pembangunan di negara manapun tentunya untuk kebaikan masyarakatnya dan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Siagian dalam Nawawi (2009),
pada umumnya komponen yang dicita-citakan dalam keberhasilan pembangunan adalah
bersifat relatif dan sukar membayangkan tercapainya “titik jenuh yang
absolut”, dan yang sudah tercapai tidak mungkin ditingkatkan lagi, seperti:
keadilan sosial; kemakmuran yang merata; perlakuan yang sama dimata hukum;
kesejahteraan material, mental, dan spiritual; kebahagian untuk semua;
ketentraman; serta keamanan. Untuk mencapai tujuan ini, maka masyarakat harus
lebih berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan yang meliputi keterlibatan
aktif, keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab, serta keterlibatan
dalam memetik hasil dan manfaat (Tjokroamidjojo dalam Nawawi, 2009).
Menurut
Zulkarimen Nasution (2004), yang menjadi tujuan umum (goals) pembangunan
adalah proyeksi terjauh dari harapan-harapan dan ide-ide manusia,
komponen-komponen dari yang terbaik yang mungkin, atau masyarakat ideal yang
terbaik yang dapat dibayangkan. Tujuan khusus (objectives) pembangunan
adalah tujuan jangka pendek, biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian
sasaran dari suatu program tertentu. Sedangkan target pembangunan adalah
tujuan-tujuan yang dirumuskan secara konkret, dipertimbangkan rasional dan
dapat direalisasikan sebatas teknologi dan sumber-sumber yang tersedia, yang
ditegakkan sebagai aspirasi suatu situasi yang ada dengan tujuan akhir
pembangunan.
Visi dan Misi Pembangunan
Agar program-progam
pembangunan dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang telah dituangkan dalam
prioritas pembangunan, maka visi dan
misi pembangunan haruslah selaras dengan tujuan pembangunan, sehingga dapat
menumbuhkan komitmen pelaksana pembangunan untuk mewujudkan visi menjadi
kenyataan dalam proses kreatif dan intuitif. Visi
adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan. Sedangkan misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Agar
dapat menentukan visi pembangunan dengan jelas, maka haruslah dapat menjawab
pertanyaan ”dalam pembangunan apa kita sekarang berada?”. Langkah-langkah yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan itu adalah:
<![if !supportLists]>1.
<![endif]>Menganalisis skala, lingkup, ukuran,
bauran hasil pembangunan, dan aktivitas pembangunan saat ini;
<![if !supportLists]>2.
<![endif]>Memandang ke depan dengan cara
membandingkan celah antara apa yang sesungguhnya dicapai dengan apa yang ingin
dicapai;
<![if !supportLists]>3.
<![endif]>Celah tersebut digunakan oleh
pelaksana pembangunan untuk menentukan arah dan pola organisasi di masa depan.
Visi
yang hendak dicapai memerlukan penjabaran kegiatan yang selaras dengan visi
tersebut. Menurut Suprayitno dalam Nawawi (2009), penjabaran dari kegiatan
inilah yang disebut dengan misi. Untuk menyatakan misi tersebut, maka harus
memuat antara lain:
<![if !supportLists]>1.
<![endif]>Menentukan apa yang dicita-citakan
organisasi;
<![if !supportLists]>2.
<![endif]>Membedakan organisasi dengan
organisasi lain;
<![if !supportLists]>3.
<![endif]>Menjadikan kerangka untuk evaluasi
aktivitas kini dan yang akan datang;
<![if !supportLists]>4.
<![endif]>Menjamin kebulatan maksud dalam
organisasi;
<![if !supportLists]>5.
<![endif]>Menyediakan basis untuk memotivasi
sumber-sumber organisasi;
<![if !supportLists]>6.
<![endif]>Meyediakan standar untuk
mengalokasikan sumber-sumber organisasi;
<![if !supportLists]>7.
<![endif]>Menentukan sifat dan iklim bisnis
yang diinginkan;
<![if !supportLists]>8.
<![endif]>Menyediakan titik fokal untuk
mengidentifikasikan tujuan dan arah organisasi;
<![if !supportLists]>9.
<![endif]>Memungkinkan penerjemahan maksud
organisasi ke da;am tujuan-tujuan yang cocok;
<![if !supportLists]>10.
<![endif]>Memungkinkan penerjemahan tujuan ke
dalam strategi dan aktivitas yang spesifik lainnya.
Model-model Pembangunan
Menurut
Nawawi (2009), berdasarkan paradigma pembangunan yang berkembang (intergrating
Development Paradigma) pada empat dasawarsa pertama sejak awal 1950-an
hingga sekarang, sedikitnya terdapat lima model-model pembangunan, yaitu: model
saling hubungan, model pertumbuhan, model pemerataan, model pembangunan
manusia, dan model peningkatan daya saing.
Model
saling hubungan adalah model pembangunan yang mempunyai relevansi antara
paradigma administrasi publik dengan paradigma pembangunan sosial ekonomi
politik. Dalam model ini, tercatat perkembangan model-model pembangunan lainnya
yang mempengaruhi proses pembangunan di negara-negara berkembang dan terbagi ke
dalam tiga model, yaitu: (1) Model pertumbuhan Gross Nasional Produk (GNP); (2)
Model pemerataan dan pemenuhan kebutuhan pokok; (3) Model pembangunan kualitas
manusia.
Model
pertumbuhan merupakan suatu model pembangunan yang sesuai dengan paradigma
pertumbuhan yang melandasi strategi pembangunan yang berorientasi pada
peningkatan pertumbuhan Gross Nasional Produk (GNP). Model ini beranggapan
bahwa hal tersebut dapat dicapai dengan menempuh industrialisasi dan penanaman
modal secara “big push” dengan semangat modernisasi dan superioritas.
Untuk itu, maka peranan yang dilakukan adalah melakukan perencanaan dan
langkah-langkah kebijakan guna petumbuhan ekonomi yang diinginkan yang
mempunyai sasaran pada adanya perubahan sosiokultural dan institusional,
sehingga masyarakat memiliki orientasi dan sifat-sifat “achievernent,
universalism, dan fungtional specificity.
Model
pemerataan dipandang sebagai pemerataan dalam berbagai aspek sosial,
lingkungan, dan kelembagaan. Model ini berawal pada pengembangan delivery
service system yang berhubungan langsung dengan kelompok sasaran pada
organisasi lokal dan sektoral. Pemberantasan pengangguran dan ketidakmerataan
merupakan tujuan eksplisit pembangunan dalam model ini. Hal tersebut disebabkan
karena mekanisme pasar terganjal oleh ketimpangan dalam pembagian pendapatan.
Pembangunan yang berorientasi pada pemerataan dan pemenuhan kebutuhan pokok,
termasuk kesempatan kerja dan berusaha, air bersih dan perumahan, dipandang
sebagai strategi yang lebih baik, yang nantinya akan berdampak pada
kemandirian dan keadilan sosial.
Model
pembangunan manusia didasari pada paradigma manusia yang menekankan kegiatan
dengan penuh tanggungjawab untuk membangkitkan kesadaran dan kemampuan insani
(Harmon dan Mayer dalam Nawawi, 2009) dan peningkatan sumber daya manusia, baik
secara individual maupun kolektif (UNDP dalam Nawawi, 2009). Korten sendiri
menyebutkan jenis manajemen dan administrasi yang cocok dalam rangka
pelaksanaan model pembangunan kualitas manusia ini sebagai community based
resource management.
Model
peningkatan daya saing merupakan model pembangunan yang dilakukan melalui
transformasi teknologi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguatan
sistem informasi, modernisasi manajemen usaha, serta pembaruan kelembagaan, reinventing
goverment, banishing bureauracy, deregulasi dan debirokrasi, perkembangan
ek-commece, e-goverment dan lain sebagainya, yang secara keseluruhan
mengacu pada peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan yang didukung oleh
kemampuan dan keterampilan profesional, interaksi budaya, dan kegiatan bisnis
antar bangsa.
Konsep Pembangunan yang Ideal
Pembangunan
sangat diperlukan untuk menciptakan suatu masyarakat yang lebih baik dan maju
sesuai tuntutan jaman. Pada dasarnya, pembangunan yang diharapkan adalah
pembangunan yang berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan
masyarakat, menurunkan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan berkeadilan
sosial.
Keberhasilan
penyelenggaraan pembangunan dalam semua segi kehidupan dan penghidupan bangsa
menuntut komitmen seluruh komponen masyarakat. Idealnya, berdasarkan strategi
dan rencana pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah, semua warga masyarakat
turut menjadi “pemain” dan tidak ada yang sekedar menjadi “penonton”. Memang
benar bahwa jenis, intensitas, dan ekstensitas keterlibatan berbagai pihak berbeda-beda
karena pengetahuan, keterampilan, pemikiran intelektual, waktu, tenaga, dan
kesempatan yang dimiliki juga beraneka ragam. Meskipun penyelenggaraan kegiatan
pembangunan tidak menggunakan pendekatan “elitist”, namun kelompok elit
dalam masyarakat harus memberikan kontribusi yang lebih substansial
dibandingkan dengan warga masyarakat yang lain (Siagian, 2008).
Faktor Penghambat Pembangunan
Pembangunan
merupakan proses perubahan secara sengaja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat. Pelaksanaan pembangunan banyak dipengaruhi oleh kondisi fisik dan
nonfisik dari suatu masyarakat, sehingga akselerasi (percepatan) pembangunan
disetiap negara tidak sama. Menurut Tjokroamidjojo dalam Nawawi (2009), Faktor
yang mempengaruhi pembangunan dan mempunyai relevansi dengan kondisi masyarakat
antara lain:
<![if !supportLists]>1.
<![endif]>Masyarakat yang masih tradisional;
<![if !supportLists]>2.
<![endif]>Masyarakat yang bersifat peralihan;
<![if !supportLists]>3.
<![endif]>Masyarakat maju (modern).
Menurut
Didin S. Damanhuri (2010), berdasarkan problema empiris ekonomi politik dan
pembangunan di negara-negara sedang berkembang, faktor-faktor yang menjadi
tantangan, masalah, dan hambatan dalam menjalankan agenda pembangunan yang
dapat dijadikan peluang atau ancamannya adalah:
<![if !supportLists]>1.
<![endif]>Globalisasi;
<![if !supportLists]>2.
<![endif]>Kemiskinan, pengangguran, dan
ketimpangan;
<![if !supportLists]>3.
<![endif]>Industrialisasi, pertanian, dan
informalisasi ekonomi;
<![if !supportLists]>4.
<![endif]>Korupsi, kebocoran, dan inefisiensi;
<![if !supportLists]>5.
<![endif]>Utang luar negeri;
<![if !supportLists]>6.
<![endif]>Lingkungan (ekologi);
<![if !supportLists]>7.
<![endif]>Birokrasi.
Referensi:
Damanhuri, Didin S. 2010. Ekonomi
Politik dan Pembangunan: Teori, Kritik, dan Solusi bagi Indonesia dan Negara
Sedang Berkembang. Bogor: PT. Penerbit IPB Press
Nasution, Zulkarimen. 2004. Komunikasi
Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Nawawi, Ismail. 2009. Pembangunan
dan Problema Masyarakat: Kajian, Konsep, Model, Teori, dari Aspek Ekonomi dan
Sosiologi. Surabaya: Putra Media Nusantara.
Proklamasi, Patriot. 2008. Karakteristik
Pembangunan. http://patriotproklamasi.blogspot.com/2008/05/karakteristik-pembangunan.html
Siagian, Sondang P. 2008. Administrasi
Pembangunan: Konsep, Dimensi, dan Strateginya. Jakarta: Bumi Aksara.
Soetomo. 2008. Strategi-strategi
Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
No comments :
Post a Comment